Opini : Membaca Menuju Bangsa yang Cerdas

  • Whatsapp
Image depoliv

Penulis : Syamsul

Secara umum, membaca adalah suatu proses memahami, menafsirkan, mengevaluasi serta mengapresiasi pesan yang tertulis, membaca ialah merupakan aktivitas inteligensi yang dilakukan seseorang didalam memenuhi kebutuhannya terhadap suatu informasi. Tujuan membaca intinya adalah memahami ide, kemampuan menangkap makna dalam bacaan secara utuh, baik dalam bentuk teks bebas, narasi, prosa ataupun puisi yang disimpulkan dalam suatu karya tulis ataupun tidak tertulis.

Sehingga membaca adalah hal yang wajib di lakukan didalam proses mentransmisikan sebuah ilmu pengetahuan. Membaca merupakan metode transmisi pengetahuan melalui indera penglihatan (mata) yang terproses melalui otak (IQ) yang disebut dalam bahasa Arab dengan istilah qolaba-qolibu (Qolbu).

Pentingnya Pengetahuan

Dalam QS: Al-Isra ayat 36 menyatakan sebagai berikut :
Artinya ” Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya”.

Lalu, bagaimana dengan orang yang tidak gemar membaca atau bahkan orang yang tidak tahu soal baca tulis?, apakah selamanya orang tersebut bodoh?. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan masuk pada wilayah kontekstualnya. Kebodohan relevan yang penulis maksud ialah kebodohan dalam arti tekstual, jika seseorang tidak gemar membaca, maka sudah dipastikan akan minim pengetahun, bahkan hampir tidak mempunyai referensi pengetahuan yang didapatkan melalui informasi tulisan.

Pengetahuan positivistik yang diperoleh melalui inderawi manusia bukan saja hanya melalui mata. Al-Qur’an telah menerangkan tiga sumber utama yakni, mata, telinga dan hati sebagaimana yang diterangkan dalam Surah Al-Isra ayat 36 di atas.

Membaca Menurut Informasi Al-Qur’an

Fokus bahasan kita pada kali ini ialah “Membaca”. Menurut keterangan Al-Qur’an. Kita kutip pernyataan Surah Al-Alaq ayat 1-5 sebagai berikut :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
5. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Pada keterangan Surah A-Alaq di atas, ternyata Tuhan telah memerintahkan kepada kita sekalian untuk membaca melalui perantara kalam-kalamNya. Sebagaimana yang telah pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad.

Apakah yang Dimaksud Membaca dalam Al-Qur’an?

Kita simak sebuah peristiwa sejarah yang pernah dialami oleh Nabi Muhammad SAW, saat pertama kali mendapat perintah dari Tuhan melalui perantara Malaikat Jibril untuk membaca, peristiwa ini terjadi sewaktu Nabi Muhammad berada di gua Hira. Dalam penjelasan Hadist, Nabi Muhammad diperintahkan sebanyak tiga kali untuk membaca, namun jawaban nabi pada saat peristiwa itu “Ma’ ana biqori” (aku tidak bisa membaca). Maka, Jibril kemudian berkata “bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan”. Peristiwa inilah yang membuat Nabi Muhammad menggigil dan ketakutan.
Tentang apakah yang dimaksud oleh Jibril dengan membaca itu, apakah ketika malaikat Jibril mendatanginya membawa secarik kertas yang berisi sebuah tulisan kemudian memerintah kepada Nabi Muhammad untuk dibaca?. Yang datang kepada nabi pada saat itu adalah sebuah “Wahyu” yang disampaiakn oleh Malaikat Jibril, wahyu itu bukan berupa suara maupun tulisan (lasautin wala harfin).

Perintah Membaca Kepada Nabi Bukan Membaca Teks

Dari jawaban Nabi Muhammad sudah terlihat jelas, bahwa objek bacaan yang dimaksud bukanlah sebuah tulisan atau teks, membaca tidak selamanya membunyikan huruf-hurut di atas kertas. Akan tetapi perintah yang dimaksud untuk dibaca ialah kondisi permasalahan Bangsa Arab pada saat itu, yang dikenal dengan bangsa yang Jahiliyah (Al-Maidah ayat 50).

Hal itu terlihat ketika Jibril menerangkan soal bacaan yang dimaksud berdasarkan nama/ilmu Tuhan Yang Maha Mencipta. Serta jawaban Nabi Muhammad yang berkata bahwa beliau tidak bisa membaca.

Bacaan yang dimaksud itu ialah, apakah sistem tata kehidupan sosial Bangsa Arab ketika itu sudah sesuai apa yang dikehendaki oleh Tuhan, atau sudah sesuai dengan Ismu ronbbika?. Hal yang serupa inipun pernah terjadi kepada kisah Nabi Adam AS yang dijelaskan dalam redaksi kalimat yang berbeda, yakni tatkala beliau diajarkan soal asma’a kullaha (nama-nama benda) QS: Al-Baqarah ayat 31. Kata Ismu/isme menggambarkan sebuah sifat dan karakter Tuhan Yang Maha Rahman dan Rahim, sehingga kalam yang dimaksud pada Surah Al-Alaq tersebut ialah ilmu-ilmu Tuhan yang terhampar di alam semesta ini yang meliputi sistem makro dan mikro. Ismu kullaha dapat kita bagi menjadi dua induk kajiannya, yakni Rahman dan RahimNya. Namun pembahasan soal Rahman dan Rahim ini penulis tidak akan masuk pada wilayah itu.

Ulama Berbeda Pendapat Mengenai Ayat yang Pertama diturunkan

Dikalangan ulama mempunyai perbedaan pendapat perihal ayat mana yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad, ada yang mengatakan Al-Alaq atau Iqra, ada juga yang mengatakan Al-fatehah atau Basmalah. Namun penulis tidak mempersoalkan hal tersebut, para pembacalah yang menilai sendiri. (*)

Pos terkait