Untuk Bertahan Hidup Warga Nagekeo Konsumsi Air Kotor dan Bau

  • Whatsapp

DEPOLICNEWS.COM-Mbay. Dampak kemarau panjang menyebabkan hampir seluruh wilayah Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami krisis air bersih. Kondisi terparah terjadi di Desa Rendu Wawo, Kecamatan Aesesa Selatan. Akibatnya ratusan warga di wilayah dusun 2 dan 3 desa setempat terpaksa mengkosumsi air embung yang kotor dan berbau.

Warga mengaku terpaksa karena tidak ada pilihan lain, sumber sebab air embung tersebut merupakan satu-satunya yang bisa dimanfaatkan warga untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Muat Lebih

banner 728x90

“Iya mau bagaimana lagi pak, di sini mau ambil air dari mana, ya mau tidak mau pakai air embung ini” ujar Marsianus Judha warga RT 04 dusun 02, kepada awak media depolicnews.com media pada Jumat (13/12/2019) sore.

Marsianus kondisi ini sudah dirasakan warga sejak Agustus lalu semenjak air hujan di bak penampungan yang ada di rumah mereka stoknya habis.

Dirinya khawatir jika dalam waktu satu sampai dua minggu ke depan tidak turun hujan maka embung yang menjadi satu satunya sumber air bagi mereka benar benar mengering. Pasalnya embung yang menjadi sumber air bagi ratusan warga setempat kini mulai mengering.

“Itu pak bisa lihat saja sendiri, ini kalau sampai dua tiga minggu tidak hujan berarti dia kering sudah, bukan tidak mungkin kami di sini bisa mati kehausan” tuturnya.

Warga lainya Anastasia Bene, mengaku waluapun kondisinya tidak layak dikonsumsi tetapi air tersebut digunakan warga untuk berbagai kebutuhan di rumah setiap hari.

“Ini untuk semua kebutuhan, kalau kami di rumah untuk mandi, cuci, masak, bahkan untuk minum juga” ujarnya.

Anastasia menjelaskan agar air tersebut bisa dimanfaatkan untuk masak dan minum, harus diendapkan terlebih dahulu selama beberapa jam menggunakan pasir atau kapur sirih, bahkan ada yang menggunakan semen, sehingga bisa menghasilkan air bersih yang bisa dikonsumsi.

“Ini kalau sampai di rumah diisi dalam ember bak, terus dituang pasir atau dikasi kapur sirih sehingga kotoran dan lumpur bisa endap ke bawah, terus air yang bersih di bagian atas, supaya bisa dipakai untuk minum atau masak, itu harus tunggu sampai dua atau tiga jam, biar benar benar jernih” ujarnya.

Kata dia, air yang sudah diendap itu hanya untuk masak dan minum sementara untuk mandi dan cuci biasanya langsung digunakan.

“Kalau sudah saring begini baru bisa dipakai minum atau masak, kalau mandi atau cuci biasanya langsung pakai” ucapnya.

Persoalan krisis air yang dialami warga Renduwawo diakui Kepala Desa Renduwawo, Theodurus Aru mengatakan persoalan krisis air sudah menjadi langganan tahunan yang kerap menimpa warga.

“Kalau krisis air di sini setiap tahun tidak pernah luput” ucapnya.

Teodorus mengatakan selama ini warga Renduwawo biasa mengkosumsi air hujan yang ditampung di bak penampung di setiap rumah. Namun ketersediaan air tersebut hanya bertahan sampai bulan Mei sejak musim penghujan berakhir.

“Kalau dari Bulan Januari sampai Mei kita masih pakai air hujan, ketika masuk Juni ke atas sudah pakai air embung, walaupun kondisinya keruh dan berbau memang tidak ada pilihan” ucapnya.

Untuk kondisi krisis air yang tengah dialami warganya saat ini Theodorus mengaku pihak Pemerintah Desa sudah mengajukan permohonan bantuan kepada Bupati Nagekeo untuk meminta bantuan pasokan air bersih bagi warga Renduwawo.

“Harapan saya bersama masyarakat kepada Pemerintah, supaya ada kerja sama ada perhatian khusus terhadap kebutuhan dasar dalam hal ini air minum sehingga bisa segera diatasi” tutupnya. (*)

Pos terkait