ARLISAKADEPOLICNEWS.COM, MBAY- Dugaan korupsi kembali terjadi. Kali ini menyasar proyek peningkatan jalan Boanio-Malaghurubhuja di Dusun 1 desa Olaia, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo. Kuat dugaan proyek milik Dinas PUPR Nagekeo senilai Rp.145.000.000, yang sumber dananya berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) tersebut dikerjakan asal jadi.
Proyek tersebut digarap oleh kontraktor pelaksana CV Cahaya yang beralamat di kolibali, Danga, Nagekeo.
Dari hasil pantauan lapangan Arlisakadepolicnews.com bersama beberapa orang warga dan anggota Dewan yang melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) pada Jumad (11/01/2020) siang kemarin menemukan banyak kejanggalan, seperti badan jalan yang retak-retak, permukaan rabat banyak yang sudah terkelupas diduga akibat campuran material yang tidak mahal, hingga ketebalan yang menuai tanda tanya. Ironisnya jalan tersebut baru selesai dikerjakan akhir Desember lalu dan sudah dilakukan PHO.
“Saya sudah pernah tegur ke orang orang yang kerja ini rabat, saya bilang kerja baik baik, karena kami lihat sudah tidak beres, tapi merek tidak mau ikut” ucap salah satu warga yang enggan namanya disebutkan.
Warga mengaku kecewa dengan hasil pekerjaan yang buruk seperti itu, sebab jalan tersebut merupakan akses utama bagi warga untuk mengangkut hasil pertanian dari sawah.
“Ini jalan ramai sekali kami untuk pulang balik ke sawah angkut hasil panen, kalau bisa kerjanya lebih bagus lah, jangan sampai baru 1 tahun sudah rusak, ini malah lebih parah baru 1 bulan saja sudah hancur begini” keluhnya.

Melihat dari fakta yang ada, sekretaris Komisi ll DPRD Nagekeo Thomas Mega Maso menilai jika proyek tersebut dikerjakan asal asalan dan menuai banyak tanda tanya.
“Ini proyek kerjanya asal jadi, itu lihat saja sendiri banyak yang retak, permukaanya sudah terkupas, ini sudah bisa dipastikan campuranya tidak mahal” ujar anggota komisi ll DPRD Nagekeo Thomas Mega Maso.
Selain kondisinya sudah retak dan terkelupas pria yang akrab disapa Oman ini mengatakan pekerjaan rabat tersebut berbeda dengan rabat pada umumnya. Pasalnya di bagian pinggir kiri kanan jalan kontraktor pelaksana menggunakan urugan sehingga ketebalan rabat hanya sekitar 3-5 Cm saja.
“Setahu saya kalau rabat itu tidak pakai timbun dengan tanah di pinggir begini, ini maksud apa timbun begini, pasti ada sesuatu yang disembunyikan ini proyek banyak mengundang tanda tanya” tohoknnya.
Sementara anggota DPRD lainya Sharif Karangaseng menduga lemahnya pengawasan dari dinas terkait menjadi faktor utama mutu pekerjaan diabaikan oleh kontraktor pelaksana.
Sarif menilai jika pihak kontraktor dengan sengaja mengabaikan mutu pekerjaan demi mendapatkan keuntungan besar. Politisi PKS itu mengaku heran sebab biasanya pekerjaan rabat dengan lapisan agregat dasar yang keras akan menjadi lebih mudah.
“Kalau kerja rabat dengan agregat dasar yang sudah keras begini biasanya lebih gampang, karena tidak harus pakai pengeras lagi, tapi kenapa hasilnya begini” ucapnya heran.(*)