Doa Untuk Wanita Tanpa Nama

  • Whatsapp

Oleh : Ahmad Nur. (Komunitas Insan Kreatif Pangkep)

Telepon seluler tiba-tiba berdering, dari nada dering sudah bisa ditebak siapa yang menelepon, entah beliau dimana. Saya bergegas untuk mengangkat kemudian menjawabnya, siap perintah kanda, kataku setelah menjawab salam. Merapat ke Cafe ini, kita ngopi dinda, ucapnya, lalu menutup telepon.

Saya hanya mengambil jaket dan tas yang tergantung rapi di balik dinding kamar, kemudian menyalakan sepeda motor lalu berangkat ke lokasi yang disebutkan dalam percakapan telepon tadi.

Sepanjang jalan, banyak hal yang ingin saya kisahkan, tapi kemungkinan pengalaman itu sudah pernah dilalui oleh siapa saja yang melintasi rute ini, tanpa sengaja, mata saya kemudian melirik ke jarum penunjuk indikator bahan bakar kendaaraan yang saya gunakan, sepertinya saya harus singgah di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terdekat, gumamku dalam hati.

Seperti biasa, antrian sudah memanjang berbentuk ular tak beraturan. Tidak ada pilihan lain, sepanjang apapun antrian itu, saya harus terlibat dalam proses menunggu giliran, sebab beberapa meter saja ke depan, sepeda motor ini akan mati dengan sendirinya karena kehabisan bahan bakar. Urusannya akan lebih rumit lagi.

Beberapa saat kemudian, pegawai SPBU mengarahkan untuk membuat dua barisan antrian, agar terlihat tidak terlalu panjang, tiba-tiba seorang wanita yang tepat berada di belakang saya membelokkan kendaraannya ke samping kanan untuk antri di barisan yang lain. Lima belas menit kemudian tiba saatnya giliran si wanita itu mengisi bahan bakar sesuai dengan posisi antriannya.

Saya tak menduga, wanita itu tiba-tiba menolak untuk diisikan bahan bakar ke sepeda motornya. Jangan dulu saya, katanya ke pegawai. Isi motornya kakak ini, sambil menunjuk ke arah saya, dia yang lebih dulu datang, katanya lagi. Pegawainya hanya tersenyum dan bertanya, berapa pak?

Kejadian di atas bukan hal yang luar biasa bagi saya, sebab sudah beberapa kali saya melakukan hal yang sama kepada orang lain, entah berapa kali, saya tidak pernah menghitungnya dan sama sekali tidak tertarik untuk mengingatnya. Tapi mendapat perlakuan seperti ini, rasanya sangat istimewa. Bukan karena dia wanita. Sekali lagi, bukan karena dia wanita.

Saya hanya bersyukur, bahwa ternyata masih ada yang peduli pada persoalan yang sangat sederhana, tapi membawa kesan yang baik. Sebab saya lebih banyak menemukan kejadian yang berbanding terbalik dari cerita di atas. Merampas hak-hak orang lain, karena dianggapnya sepele.

Lalu, saya mendorong pelan-pelan sepeda motor yang baru saja diisi bahan bakar, berharap sebelum menyalakan mesin, saya punya sedikit waktu minimal untuk mengucapkan terima kasih, entah terima kasih apa, sebab dia hanya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Mengingatkan kepada pegawai SPBU bahwa dialah yang seharusnya lebih tahu, siapa paling awal menempati posisi antri.

Sepertinya masih lama, mungkin dia isi penuh tangki bahan bakarnya, untuk persiapan sampai lusa atau menghindari antrian besok, entahlah, ucapku dalam hati. Kalau saya tunggu sampai selesai, rasanya kurang elok, takutnya ucapan terima kasih itu dianggap modus, atau menganggap saya memanfaatkan kesempatan.

Sebenarnya bukan hanya itu, selain menyampaikan terima kasih, saya juga penasaran ingin melihat seperti apa anggunnya yang tertutupi masker (penutup sebagian wajah), tapi saya yakin wanita itu sangat cantik, secantik caranya mengingatkan di SPBU, dan saya lebih percaya bahwa hatinya lah yang cantik.

Beberapa saat kemudian, saya memutuskan untuk tidak menunggunya dengan berbagai pertimbangan, salah satunya seperti alasan di atas, dengan harapan mungkin masih akan ada kesempatan lain untuk bertemu, di tempat yang sama atau di antrian yang berbeda.

Selain itu, kondisi cuaca juga tiba-tiba berubah, dari terik menjadi mendung, sepertinya akan turun hujan, saya harus tiba di cafe sebelum benar-benar langit membasahi jalan, sebab saya harus mencari lagi tempat untuk berteduh, dan di sana pasti akan ada kisah baru, bukan soal antrian, bukan tentang wanita berhati baik, atau wanita berkerudung helm, tapi mungkin soal rokok yang susah terbakar karena hujan.

Akhirnya saya memilih untuk mengucapkan terima kasih melalui doa, dengan cara seperti ini saya bisa terhindar dari berbagai asumsi modus dan inilah cara yang paling sederhana untuk membalas dari semua kebaikan, melibatkan Tuhan, agar dikemudian hari dibalas dengan cara-NYA. Berilah wanita itu keselamatan dari setiap langkahnya, berilah petunjuk agar tetap di jalan Allah, berilah berkah dari setiap aktifitasnya. Jauhkan dari segala bahaya, apapun yang dia lakukan. Ucapku dalam hati.

SPBU (Jalan Abdullah Dg. Sirua, Makassar)
Jumat (17.1.2020) 16.35 Wita

Pos terkait