Baru PHO Pengarah Arus di Tendakinde Jebol, Warga Terancam Kelaparan

  • Whatsapp

ARLISAKADEPOLICNEWS.COM, MBAY. Harapan petani di Desa Tendakinde, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, NTT akan hadirnya fasilitas Peningkatan Daerah Irigasi (DI) berupa bangunan Pengarah Arus Koca Dera yang dalam perencananya akan dimanfaatkan warga untuk mengairi sawah mereka kini sirna sudah. Bagaimana tidak Proyek infrastruktur milik Dinas PUPR Nagekeo yang baru selesai dikerjakan itu jebol akibat diterjang banjir sehingga bangunan rata dengan tanah.

Proyek senilai Rp.200.000.000 yang digarap oleh CV Buana Graha itu, disapu banjir hanya berselang satu minggu setelah dilakukan Provosion Heand Over (PHO).

Muat Lebih

banner 728x90

Kepala Desa Tendakinde Petrus F. Dhae menyatakan bahwa dirinya sebagai kepala Desa merasa kecewa dengan musibah tersebut, soalnya kehadiran Pengarah Air Koca Dera sangat dibutuhkan warga saat ini.

Sebab jika tidak dibuatkan pengarah arus, banjir akan mengancam pemukiman penduduk setempat dan areal persawahan milik warga Tendakinde yang luasnya kurang lebih 150 ha.

“Pengarah arus tersebut sangat kami butuhkan, untuk mengarahkan air ke sawah, namun sekarang sudah jebol. Dengan tidak adanya pengarah arus tersebut, banjir sangat mengancam pemukiman penduduk dan persawahan sejumlah kurang lebih 150 hektar,” jelasnya.

Selain mengancam pemukiman, Petrus mengaku warganya tidak lagi bisa mengolah sawah karena sampah-sampah yang dibawah banjir dari gunung berupa kayu-kayu besar berserakan di areal persawahan.

“Tahun ini, sawah-sawah tersebut tidak bisa diolah lagi karena telah dipenuhi sampah, masyarakat akan kelaparan” tutur Petrus

Petrus mengatakan pasca terjadinya banjir yang memporak-porandakan pengarah arus itu, pihak desa sudah melaporkan ke Bupati dan Wakil Bupati sebagai bencana alam.

“Pak wakil setelah saya telpon malam, besoknya dia langsung turun, langsung melihat kondisi banjir di Kaburea, bahkan sudah kali yang ke tiga dan yang terakhir tanggal 14” katanya.

Melalui media ini Petrus mendesak kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo agar bisa segera mencari solusi untuk mengatasi persoalan yang tengah menimpa warga Tendakinde.

“Saya tidak mau tahu, bagaimana pun caranya hal tersebut tidak boleh terjadi, masyarakat saya tidak boleh kelaparan. Karena itu saya telah laporkan ke Pemda Nagekeo agar keadaan ini dapat ditindaklanjuti,” tegasnya.

Salah satu warga Tendakinde Adolfus Bui (65) kepada awak media mengatakan, robohnya bangunan pengarah arus itu diduga akibat kualitas pekerjaan buruk. Sebab Adolfus mengatakan campuran material semen tidak merata dalam penyusunan tembok yang membuat bangunan tidak kuat menahan banjir.

“Mulai pengerjaan dari awal bulan September 2019 sampai dengan Desember 2019 dalam proses pengerjaan tidak memakai besi beton cuman naik tembok memakai batu dan campuran semen biasa. Bahkan di dalam batu tidak adan campuran semen sehingga tembok tidak kokoh menahan air dalam debit yang lebih besar,” terangnya.

Apa yang dibeberkan Adolfus terkait penggunaan material yang tidak disertai besi beton diakui PPK Dinas PUPR Nagekeo Jhon Dony

Namun Jhon menegaskan jika itu semua berdasarkan perencanaan yang ada di Rancangan Anggaran Biaya (RAB).

“Benar kalau penggunaan materialnya tidak pakai besi, dia pasangan batu Om, kalau pakai besi nanti tidak cukup Om, tapi konstruksinya sudah sesuai spek yang ada dalam RAB” ujar Jhon saat dikonfirmasi Arlisakadepolicnews.com per telepon pada (19/01/2020) sore.

Adolfus Bui warga Desa Tendakinde di lokasi Pengarah Arus.

Jhon membantah jika robohnya tembok pengarah arus itu diduga akibat kualitas pekerjaan yang buruk. Sebab kata dia sebelum melakukan PHO kepada rekanan pihaknya sudah turun ke lapangan dan hasilnya kualitasnya layak untuk di-PHO.

“Karena sudah sesuai spek dan kita sudah turun periksa, makanya kita PHO” ujar Jhon.

Sementara ketika ditanya soal masa peliharaan terhadap proyek itu yang masih menjadi tanggung jawab kontraktor, Jhon memastikan jika pihak Kontraktor tidak bertanggung jawab atas kerusakan itu, sebab sudah ada penyampaian dari Badan Penanggulangan Bencana Alam Daerah (BPBD) yang mengatakan jika robohnya Pengarah Air itu murni akibat Bencana Alam.

“Selang satu hari setelah banjir itu Om, orang BPBD turun, terus kemarin saya sudah kordinasi dengan orang BPBD kalau itu Bencana, dan sekarang suratnya sudah masuk ke PUPR Nagekeo” tutupnya.(***)

Pos terkait