Oleh : Muhammad Achyar.
Akhir pekan kemarin tak beda dengan akhir pekan lain yang biasa saya dan keluarga lewati. Saya bersama Istri telah menyepakati bahwa sesibuk apa pun saya, silahkan manfaatkan hari Senin hingga Jumat untuk mengurusi semua pekerjaan, baik itu perkara yang saya tangani sebagai pengacara, soal bisnis yang saya rintis bersama relasi maupun kegiatan sosial kemasyarakatan dan sosial keagamaan yang saya geluti, sedangkan Sabtu dan Minggu adalah waktunya untuk keluarga, memanfaatkan waktu berkualitas, berkumpul bersama anak dan istri tercinta.
Keluar kota hingga berhari-hari silahkan, tapi saat weekend atau akhir pekan wajib kembali ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga tercinta. Hal ini sudah menjadi komitmen kami, kecuali memang terdapat hal-hal mendesak yang tidak memungkinkan saya kembali ke rumah pada saat weekend, tentunya setelah melalui diskusi bersama istri dan mempertimbangkan secara matang, maka soal tidak kembalinya saya ke rumah saat weekend menjadi sesuatu hal yang dapat ditolerir.
Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, patut banyak bersyukur karena selain banyak hal pekerjaan di kantor dapat saya selesaikan dengan baik menjelang tutup tahun 2019, saya sekeluarga pun dapat mewujudkan beribadah Umroh ke tanah suci bersama. Sungguh, tahun 2019 adalah tahun tersukses sejauh ini yang saya alami bersama keluarga kecil saya.
Tahun 2019, bagi saya pribadi boleh dianggap sebagai tahun spesial, sebab tidak hanya soal banyaknya kesibukan pekerjaan, padatnya kegiatan dan pencapaian positif yang saya alami, tapi juga adanya momentum dan pengalaman baru di tahun 2019 lalu yaitu terkait keputusan saya ikut masuk, terjun dalam dunia politik, mengikuti proses kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Keputusan masuk ke dunia politik adalah sebuah keputusan “gila” dan langkah besar, setidaknya hal itu menurut dan berlaku bagi saya, tak terkecuali bagi istri dan keluarga dekat saya. Sebab, keputusan perihal ini memang dianggap sebagain besar teman, keluarga kerabat dan sahabat tak pernah terpikirkan sebelumnya, tanpa perencanaan jauh-jauh hari, misalnya direncanakan secara matang beberapa tahun sebelumnya. Meskipun keputusan masuk dunia politik baru saya putuskan pada 2019, tapi perhatian dan kesadaran saya akan perkembangan dunia politik berikut kebijakannya di tanah air baik pada level nasional maupun dunia politik lokal NTT terutama Manggarai Barat tak lepas dari perhatian saya.
Khusus terkait perkembangan sosial, politik lokal Manggarai Barat berikut kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah misalnya tidak lepas dari perhatian, pengamatan bahkan kritik pun dapat saya lontarkan jika memang perlu diberikan kritik maupun masukan. Perihal ini, rekam jejaknya dapat ditelusuri di berbagai media online serta media sosial. Selain itu, bentuk perhatian saya terhadap Manggarai Barat tidak melulu soal kritik terhadap kebijakan politik, hukum maupun sosial pun saya tuangkan dalam bentuk karya tulis berupa buku Selamat Datang Di Manggarai Barat yang saya tulis bersama sahabat saya Syamsudin Kadir secara kolaboratif.
Keputusan saya mengambil langkah terjun ke dunia politik tentu bukan tanpa alasan, selain saya anggap sebagai panggilan hati untuk memperbaiki keadaan dan mewujudkan perubahan terkait banyaknya ketimpangan dan kesenjangan dalam pembangunan, langkah ini juga saya ambil sebagai akibat dari kegeraman dan kegelisahan saya selama ini setelah mendengar, melihat dan mengalami sendiri hal-hal ketimpangan, kesenjangan lewat advokasi yang saya lakukan terhadap masyarakat dan kurangnya keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat kecil utamanya di pedesaan yang jauh dari sentuhan pembangunan.
Bukan tidak mengakui adanya keberhasilan pada sektor lain yang telah dicapai oleh pemerintah, akan tetapi sebagaimana kritik dan masukan saya pada tulisan-tulisan sebelumnya, kemajuan yang dialami oleh Manggarai Barat pada sektor industri pariwisata yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai destinasi wisata super premium, seakan-akan dampak positifnya masih jauh untuk menyentuh masyarakat di pedesaan bahkan justru semakin terpinggirkan dan tersingkirkan, akibatnya keadilan sosial dalam pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat utamanya di pedesaan seakan-akan sulit diwujudkan.
Sejauh ini, proses kontestasi Pilkada baru memasuki tahap-tahap persiapan awal, para bakal calon termasuk saya dalam proses dan kondisi mencari bentuknya, semua masih begitu cair. Ada yang masih sendiri seperti saya, ada pula yang telah mendeklarasikan telah berpasangan bahkan hingga bongkar pasang pasangan. Dinamika ini dalam dunia politik tentu wajar saja, sebab demikianlah wajah politik, sesuatu yang telah dianggap pasti bahkan bisa saja berubah pada menit-menit terakhir.
Sebagai pendatang baru dalam dunia politik, apalagi memutuskan lebih jauh terlibat sebagai calon kontestan dalam proses politik pemilihan kepala daerah, saya sangat sadar masih sangat jauh dari kesempurnaan, karena itu masih perlu dan wajib terus menerus belajar tentang politik dan perpolitikan.
Akhir pekan kemarin, saya pun masih terus lakukan proses belajar itu, saat menikmati waktu ngemall bersama anak dan istri tak lupa kami mengisi waktu untuk membeli buku-buku berkualitas, tak kecuali buku yang mengupas soal politik, salah satunya buku yang ditulis oleh Romo Prof. Dr. Franz Magnis Suseno berjudul Etika Politik, Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Semoga buku ini dapat menjadi santapan yang mampu menambah wawasan dan asupan gizi bagi pikiran dan hati saya, sebagai tambahan modal yang fundamental untuk mengawal saya tetap berada di jalan yang benar dan tak tersesat dalam menggeluti dunia politik.
Salam Politik Cinta.