Tiga Gadis Bersaudara di Lekopa’dis Bentuk Ruang Budaya Bura’pia

  • Whatsapp

ARLISAKADEPOLICNEWS.COM-POLMAN. Tiga gadis bersaudara di Lekopa’dis menggelar launching Ruang Budaya Bura’Pia di Desa Lekopa’dis II Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar, Sabtu (15/02/2020).

Kegiatan ini menampilkan beberapa kesenian tradisional dan penampilan group cilik yang juga merupakan binaan Ruang Budaya dalam beberapa bulan terakhir.

Founder Ruang Budaya Bura’pia menyampaikan, terbentuknya ruang budaya berawal dari kegelisahan waktu selesai kuliah dan pulang kampung, kemudian berfikir apa yang akan bisa dilakukan di desanya.

“Keberuntungan bisa ikut dibeberapa program kepemudaan akhirnya ada satu program yang diinisiasi oleh Cemeti Institut di Yogyakarta. Waktu itu sebenarnya saya pernah mendaftarkan diri di salah satu residensi yang diadakan oleh program Cemeti Institut di Yogyakarta, namun pada tahun 2018 saya tidak lolos untuk ikut residensi itu” ungkap Tajriani Thalib dalam sambutannya.

Tajriani Thalib mengatakan bahwa di tahun 2019 Cemeti Institut mengadakan residensi lagi lalu ada beberapa orang kurator yang disebar ke beberapa daerah untuk mencari seniman partisipan, akhirnya salah satu kuratornya datang ke Mandar. Saya dihubungkan dengan kuratornya oleh Rahmat Uwake, waktu itu kami dipertemukan di Tinambung, setelah banyak mengobrol, kurator dari Cemeti Institut Yogyakarta. Akhirnya saya dipilih untuk ikut pada program residensi itu, ada lima orang seniman yang terpilih salah satunya di Mandar saya sendiri. Ungkapnya.

Lebih lanjut Tajri (26) menuturkan, Cemeti Institut Yogyakarta ini adalah untuk seni dan masyarakat, untuk seninya sendiri itu bentuk persentasi karya berbagai jenis kesenian yang peserta geluti.

“Untuk saya sendiri menampilkan pementasan Kecapi Mandar waktu itu di Yogyakarta, setelah proses pementasan selesai kami berembuk lagi dan memikirkan untuk seni kami memberi sumbangsi di kesenian tapi untuk masyarakat sumbangsi apa yang kami berikan, maka akhirnya program residensi ini kemudian dibentuk untuk membuat jaringan kesenian,” paparnya.

Kelima seniman partisipan masing-masing membuat kegiatan di daerah asalnya, karena dari tahun 2018 saya sudah ada keinginan untuk membentuk ruang-ruang yang bisa memfasilitasi anak-anak belajar membaca dan belajar kesenian.

“Akhirnya setelah diberi tawaran dari pihak Cemeti Institut Yogyakarta untuk membuat kegiatan. Saya dibantu kedua adik untuk membentuk ruang ini dan sepakat menggunakan rumah peninggalan kekek. Ruang Budaya Bura’pia dalam bahasa Mandar Pimbura’na yang berarti sedang berbunga, seperti pohon yang sebentar lagi akan berbuah diawali oleh bunga-bunga kecil yang kuncup bermekaran. Bunga-bunga kecil itu disebut bura’. Ruang Budaya Bura’pia sebagai sesuatu yang sedang muncul, Bura’pia bunga yang utuh mekar dan menebar wangi,” tutupnya.

Kegiatan ini dihadiri beberapa komunitas, seniman dan tokoh masyarakat Tinambung. Turut hadir Ria Idrus dari Pemerintah Kecamatan Tinambung, Kelapa Desa Lekopa’dis Mudir, Penyair sekaligus Dosen Unsulbar Dr. Rita Bulan, Budayawan Tammalele dari Balai Pelestarian Sejarah dan Budaya Regional Se-Sulawesi, serta seniman senior Rahmat Panggung dari Uwake Culture Foundation. (*)

Pos terkait