Di Nagekeo, Puskesmas Maunori Manfaatkan ‘Pemantik’ Untuk Cegah DBD

  • Whatsapp

Arlisakadepolicnews.com, Maunori- Jumlah penderita Demam Berdarah Dangue (DBD) di Kebupaten Nagekeo pada awal tahun 2020 ini terus meningkat. Sejak bulan Januari hingga Maret tercatat sudah 15 warga Nagekeo terserang penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegepty ini.

Persoalan inilah yang mendorong pihak Unit Pelayanan Tingkat Pratama (UPTP) Puskesmas Maunori Kecamatan Keotengah untuk menggandeng para siswa Sekolah Dasar (SD) di wilayah setempat untuk menjadi Laskar Pemantau Jentik (Pemantik) dalam memerangi tumbuh kembang jentik nyamuk.

Hal tersebut disampaikan Koordinator Petugas Kesehatan Lingkungan pada Puskesmas Maunori, Ewalde S. Meo, kepada Arlisakadepolicnews.com pada Selasa (10/3/2020) siang.

“Laskar Pemantau Jentik (Pemantik) merupakan bagian dari Jumantik. Dalam pembentukan laskar tersebut, kami dari pihak Puskesmas Maunori bekerja sama dengan sekolah-sekolah di dalam wilayah Kecamatan Keo Tengah, kami ingin mendidik anak- anak supaya mereka bisa peduli terhadap penyakit- penyakit yang berbasis lingkungan,” katanya.

Menurut Ewalde, para anggota Laskar Pemantau Jentik bertugas melakukan pemantauan jentik nyamuk di lingkungan sekolah dan tempat tinggal, lalu melaporkannya kepada kepala sekolah dan para guru.

Walde menjelaskan, Laskar Pemantau Jentik cilik tersebar di sekolah di wilayah Kecamatan Keotengah dengan jumlah laskar tiap sekolah 24 orang. Selain bertugas memantau jentik dan menjadi dokter cilik di sekolah, Pemantik juga diharapakan dapat menjadi penyuluh kesehatan bagi teman- temannya sehingga semakin banyak yang ikut beraksi dan sekolah mereka pun lebih sehat dan bebas dari jentik nyamuk.

“Untuk saat ini kita baru menggandeng siswa SD, ke depanya kita juga akan melibatkan siswa SLTP dan SMU,” lanjutnya.

Lebih lanjut Walde memastikan sejauh ini untuk wilayah Kecamatan Keotengah angka penderita DBD masih nol.

“Untuk Kecamatan Keotengah sejauh ini angka penderita DBD nol” tegasnya.

Kegiatan Laskar Jentik Cilik ini mendapat tanggapan positif dari Camat Keotengah Hilldegardis Mutha Kasi.

Menurut Hilda, eliminasi Jentik Nyamuk adalah program bersama sehingga harus ada komitmen dari seluruh lapisan masyarakat termasuk anak-anak.

“Anak-anak menjadi laskar pemantau jentik. Itu upaya preventive DBD di Keo Tengah. Puji Tuhan sampai kondisi Maret di Keo Tengah masih aman dari DBD. Semoga seterusnya aman,” harap Hilda.

Hilda menyampaikan bahwa para petugas Kesling dari Puskesmas, guru dan siswa melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) rutin melaksanakan pemantauan jentik nyamuk sambil melaksanakan sosialisasi dan himbuan kepada masyarakat.

Kata Hilda, siswa tak hanya menjadi laskar Pemantik disekolah tapi juga di kampung atau dilingkungan sekitar serta rumah mereka masing-masing.

Ia mengatakan mengapa anak sekolah karena memang usia sekolah harus diberi pemahaman agar bisa mengetahui bahaya DBD. Juga nyamuk DBD beraksi pada jam 09.00 Wita hingga 15.00 Wita.

“Mengapa anak sekolah? Karena jam nyamuk DBD beraksi di jam 09.00 Wita di jam sekolah dan jam 15.00 Wita. Gerakan melalui siswa juga dipandang lebih mempan,” sergahnya.

Ia menyampaikan penting sekali menjaga kebersihan lingkungan. Maka diimbau agar selalu waspada dan memperhatikan kebersihan lingkungan. Jangan membuang sampah sembarangan.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diwujudkan dan ditingkatkan.

“DBD lebih berbahaya. Kami juga sosialisasi enam langkah mencuci tangan pakai sabun dan ruting sosialisasi di sekolah-sekolah,” pungkasnya.(**)

Pos terkait