Penulis : Rais Syukur Timung (Pena Nalar pinggiran)
Virus Corona jenis baru tengah menyerang masyarakat dunia saat ini, yang dalam Istilah kedokteran disebut Novel Corona Virus (2019-nCov). Dikutip dari Center For disease control and prevention,cdc.gov, virus corona merupakan jenis virus yang diidentifikasi sebagai penyebab penyakit pada saluran pernapasan yang pertama kali terdeteksi muncul dipasa hewan di Kota Wuhan, Tiongkok-China.
Virus ini. Menurut Para Ahli bahkan otoritas Kementerian Luar Negeri China telah menegaskan bahwa Covid-19 adalah senjata biologis yang diluncurkan Amerika Sebagai kelanjutan akibat dari percaturan perdagangan Internasional yang melibatkan Amerika Vs China selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Siapa yang menyangka serangan Virus Corona atau Covid-19 efektif memukul ekonomi China dan banyak Negara di dunia telah Lockdown akibat mewabahnya Covid-19 ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah menetapkan Virus Corona atau Covid-19 sebagai Pendemi Dunia. Itu artinya penyakit ini telah menyebar diberbagai negara dalam waktu bersamaan.
Berdasarkan Informasi data Real Time Worldometers, Sabtu (14/03/2020), total kasus positif Virus Corona Covid -19 didunia mencapai 145.637 kasus. Sedangkan 70.931 orang dinyatakan sembuh dan 5.416 meninggal dunia akibat Virus corona dan telah menginfeksi 139 Negara di dunia.
Ada sebuah Diktum dalam dunia Intelejen yang cukup santer, yaitu ” perang dagang adalah awal dari perang militer.
Jika perang dagang menang maka tidak akan berlanjut ke perang (militer). Tetapi, jika perang dagang kalah maka akan berlanjut pada perang selanjutnya : mungkinkah perang selanjutnya tersebut adalah serang virus Covid-19 sebagai War Tool (alat perang) yang digunakan untuk memukul ekonomi China?.
Jika Virus Covid-19 adalah War Tool, tentu ada pihak-pihak yang mendapat manfaat dari peristiwa tersebut?. Tentang siapa yang mendapat manfaat dari sebuah peristiwa tersebut maka sebenarnya dialah yang memainkan skenario virus ini. Beberapa pertanyaan kritis yang diuraikkan Para Ahli tentang mewabahnya Covid-19 :
1. Mengapa virus Corona (wabah 14 hari), pertama kali dilaporkan setelah 300 personel AS tiba di Wuhan dalam pertandingan dunia militer pada tanggal 19 oktober. Bagaimana mereka bisa tau bahwa masa Inkubasi Covid-19 adalah 14 hari?.
2. Mengapa dan bagaimana pengiriman virus yang sangat mematikan dari Laboratorium NML Canada tersebut bisa berakhir di China pada bulan Maret 2019?
3. Mengapa AS menarik dan mengevakuasi seluruh pekerja dan stafnya yang berbasis di Wuhan segera setelah pertandingan militer pada akhir oktober?.
4. Mengapa Yayasan Bill dan Melinda Gates memprediksi hingga 65 juta kematian via Covid-19 ditahun 2018?.
5. Virus ini, menyerupai virus kelelawar Afrika Selatan yang langka. Bagaimana virus semacam ini berakhir di Wuhan?.
6. Bagaimana virus tersebut melompati penghalangan spesies, lebih dari 3 hewan tanpa bantuan manusia?
7. Siapa yang menyebarkan dan menyerang babi di Tiongkok. Dimana laporan menyebutkan : ada droid yang digunakan untuk menyemprot virus babi tadi?.
8. Mengapa ini terjadi di China, ketika AS memegang hak paten untuk “Anonaen Corona Virus” yang diarsipkan pada tahun 2015?.
Silahkan kita mendedah Ibrah dan menjawabnya sendiri, apakah memang benar covid-19 adalah alat perang yang digunakan untuk memukul ekonomi China, dimana selama 10 tahun terakhir China merajai jalur perdagangan dunia, ataukah virus Ini adalah ujian yang ditimpakan Tuhan Yang Maha Esa kepada ummat manusia yang lalai.
Tentang hal itu, saya teringat dalam Filem The Pshysician, ada beberapa segmen yang mengisahkan kehidupan Ibnu Sina (Aviecenna). Film yang diangkat dari Novel Noah Gordon, “Der Medicus” ini, salah satunya menceritakan bagaimana Ibnu Sina (diperankan Ben Kingsley) dan murid-muridnya (dengan fokus pada seorang murid, pemuda Inggris Kristen bernama Robert Cole/diperankan Tom Payne). Yang berasal dari berbagai agama (Islam, Kristen, Yahudi, Zoroaster) dan berbagai suku bangsa bahu membahu melakukan kerja ilmuan/medis berbasis riset untuk mengatasi musibah Pes (Black Death) yang menjangkit Isfahan, Ibu Kota Kerajaan Persia.
Kota Isfahan yang dilindungi benteng kokoh tetap ditembus oleh wabah Pes, dimana Bani Seljuk mengirim seorang budak yang terjangkit penyakit Pes. Satu orang dalam waktu singkat mampu menjangkit ribuan orang bak Tentakel Gurita, benteng kokoh jebol. Bani Seljuk yang ingin menjatuhkan Shah Ad-Daulah, melakukan hal ini karena sadar, kekuatan militer mereka tak bisa mengalahkan Persia. Moral masyarakat persia runtuh seketika, khususnya diIsfahan. Wabah Pes menjadi menakutkan, bak malakul maut. Para kaum agamawan yang membenci Shah ad-Daulah terus memprofokasi dengan membangun narasi : Wabah penyakit ini sebagai bentuk bala dan azab dari Tuhan karena kedzoliman Shah/Sultan”.
Sementara Ibnu Sina bersama para muridnya bekerja terus menerus tanpa mengenal lelah. Beberapa eksperimen mereka lakukan. Mengobati dan melakukan riset sampai akhirnya Isfahan dinyatakan bebas dari Pes. Lalu kaum agamawan bertutur : Ini adalah kebaikan dari Tuhan, yapi hanyalah sementara, nanti akan datang lagi wabah seperti ini”.
Tuhan mereka hadirkan sebagai Maha Pemarah. Mereka memprovokasi, tidak memberikan Optimisme. Sedangkan Ibnu Sina Justru menghadirkan optimisme, memberikan kesiapan. Antisipasi
Dulu, “Alfin Toffler” mengemukakan teori tentang, “Respon and Challenge”, asumsi dasarnya adalah semakin besar tantangan yang dihadapi maka semakin besar juga jawaban yang harus diberikan dalam mengatasi tantangan tersebut. Jawabannya tentu bukan verbal, melainkan aksi dan Ikhtiar. Dalam sejarah peradaban yang maju adalah mereka-mereka yang mampu memberikan respon yang baik dalam menghadapi tantangan yang ada.
Pelajaran baik yang bisa kita ambil adalah kita kutip saja pernyataan aktor Watak Hollywood ” Danzel Washington” : kualitas seseorang itu terlihat dari cara ia merespon sesuatu.
Kita harus mengakui secara jujur bahwa Pemerintah Indonesia dalam mimitigasi penyebaran Corona jenis baru yakni Covid-19 merupakan kelalaian sehingga menyebabkan 2 WNI yang pertama kali terjangkit virus (3 Maret 2020) karena berinteraksi lansung dengan pelancong asal Jepang yang baru diidentifikasi mengidap corona setelah meninggalkan Indonesia (di Malaysia). Padahal WHO telah memberi peringatan pada Indonesia, ditengah kecemasan yang melanda penduduk dunia. Dan dari 2 orang WNI tersebut kini telah bertransmisi menjadi 96 orang, bahkan sudah ada beberapa yang meninggal sampai Menteri Perhubungan juga telah terjangkit.
Sedangkan kita yang masih dalam zona aman ini, bantulah dengan Doa dan Harapan. Bukan cacian dan rasa benci yang keterlaluan. Seperti kata Ahli Hikmah : “bila engkau tak sanggup menjadi pohon kehidupan yang memberi buah dan keteduhan, setidaknya Jangan jadi benalu”.
Doakan agar semua yang terdampak bisa mengatasi musibah ini. Dan yang terpenting adalah mendoakan para Ilmuan agar mampu menciptakan Penawar virus Covid-19 ini agar kita semua tidak dalam kecemasan yang membabi buta.
Saya teringat juga dengan seorang Pelawak “Charlie Chaplin”, yang Bertutur: ” Rasa sakitku bisa jadi alasan untuk orang lain tertawa, tapi tawaku tidak akan pernah jadi alasan untuk rasa sakit orang lain”.
Jika ada yang bertepuk tangan dan tertawa di atas musibah ini, tidakkah mereka sadar bahwa kita tidak hidup dibalik tembok yang menghambat penyebaran virus ini. Meminimalisir, mungkin, tapi tidak ada yang bisa menggaransikan 1-2 bulan kedepan Virus itu akan mengatakan pada kita : Hallo I Comming with you, Bro and sista.!
Tidakkah mereka sadar bahwa Virus tersebut bukan hanya dikhususkan Tuhan untuk komunitas dan pemeluk agama tertentu saja, tapi bagi mereka yang tidak siap dan enggan mengantisipasi?. Antisipasi yang terukur berbasis ilmiah. Maka, ” bila takut anakmu dilamun ombak, jangan tembok kau bangun disepanjang Pantai. Tetapi ajari anakmu berenang”.!. Sebab orang yang mampu berenang, biasanya berpotensi besar bercengkrama dengan Ombak. Bahkan menjadi Hobi, menyehatkan bahkan bisa mendatangkan uang bila dilakukan dengan serius serta berbasis kompetensi dan profesionalitas.
Salah satu antisipasi itu adalah berharap agar secepat mungkin para ilmuan menemukan anti virusnya. Siapapun yang menemukannya : Mau Oorang Kutub Utara, Kutub Selatan, Kutub tengah (bila ada), kutub Timur (bila ada) atau mahkluk astral atau alien sekalipun. Bila itu terjadi, kita akan bahagia dengan penuh Takzim kita (selayaknya) mengucapkan terima kasih.
Semoga kelak Covid-19 atau Corona menjadi catatan sejarah, dimana ada suatu fase kehidupan ummat manusia, ada episode mencemaskan dan menakutkan, seperti kisah “Black death” bagi orang Eropa. Corona (hanya) menjadi cerita “kelam” kisah histori kehidupan manusia. Seumpama musibah Cacar, Lepra, Flu, Ebola, Sars dan Mers tempo dulu yang pernah menghantui kehidupan manusia. Sekarang, penyakit itu sudah dianggap biasa, bisa ditangani semaksimal mungkin. Nanti Corona demikian pula hendaknya. Kami dan generasi yang akan datang tinggal membeli pil anti Corona dikedai-kedai pinggir jalan dalam bentuk tablet.
Semoga Para Ilmuan secepatnya menemukan Anti Virus Corona ini.
“Doakan lampu tetanggamu terang benderang, niscaya pekaranganmu akan ikut terang”. Begitu Pepatah Persia dalam memberikan Kearifan.








