Penulis : Renny Puteri Harapan Rani, M.AP (Ketua Umum Nasional Perkumpulan Intelektual Madani Indonesia, Wkl. Sekretaris bid. Politik & Kepemiluan KNPI Sulsel)
Pasca merebaknya Virus Pandemi Covid-19 di sejumlah negara di Eropa dan Asia, bak “arisan” yang menunggu giliran, tibalah saat Indonesia yang dilanda si virus yang populer disapa corona itu. Gayung bersambut, pemerintah Indonesia kemudian mengambil kebijakan tak populer namun dianggap harus ditempuh demi kepentingan keselamatan bangsa. Mulai dari rencana “Lock down” sampai Social Distancing telah diartikulasikan di ruang publik.
“Kepada seluruh rakyat Indonesia saya harap tenang, tetap produktif agar penyebaran Covid-19 ini bisa kita hambat dan setop. Dengan kondisi ini, saatnya kita bekerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah,” kata dia, dalam konferensi pers, Minggu (15/3). Demikian pernyataan Presiden Jokowi dilansir dari CNN.
Dampak Ekonomi
Dalam situasi force majeur (mendesak), sejumlah pembatasan yang mulai diberlakukan memang dibutuhkan. Virus corona bukan virus “ece-ece” yang bisa diremehkan keberadaannya bila mendengar sejumlah data yang dipaparkan pemerintah terkait jumlah orang yang dikabarkan mulai terjangkit. Namun tanpa bermaksud menuding pemerintah alpa terhadap dampak ekonomi yang bisa ditimbulkan, maka tak berlebihan rasanya jika negara ini patut was-was dan mengambil langkah preventif.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa Akibat Pandemi Corona, BI Ramal Ekonomi RI Anjlok ke 4,2 Persen. Laju perekonomian domestik akan lebih lambat karena virus corona turut menginfeksi prospek pertumbuhan ekspor dan impor. Sebab, distribusi dan rantai pasok barang terganggu.
“Ketidakpastian sangat tinggi, menurunkan kinerja pasar keuangan global, menekan mata uang di dunia, memicu pembalikan modal. Lalu, keyakinan pelaku ekonomi, angka PMI, serta konsumsi dan produksi listrik menurun tajam,” begitu penuturan perry.
Jika diterjemahkan dalam bahasa rakyat dan realitas sederhananya hal tersebut memang tak dapat ditampik. Lihat saja sektor non formal dan laju ekonomi mikro, meski belum parah namun sektor ini mulai tersendat akibat ketakutan yang berujung pada upaya proteksi massif dan social distancing. Sejumlah pelaku usaha yang biasanya beraktifitas harian mulai pikir-pikir melangkahkan kaki keluar dari rumah untuk bekerja dan hal itu dapat kita saksikan langsung di sekitar kita. Ini sejalan dengan apa yang diumumkan oleh Kemenkop yang mencatat 21 Koperasi dan UMKM Terdampak imbas Virus Corona dan tentunya ekonomi secara nasional.
Fakta bahwa Indonesia wajib menabuh genderang perang melawan corona adalah sebuah kemestian yang tak dapat ditawar lagi. Akan tetapi sudahkan kita memikirkan dampak ekonomi dan nasib rakyat yang bekerja di sektor non-formal dan tak memiliki akses, fasilitas untuk bekerja di rumah dan mengendalikan usaha/bisnis mereka tanpa beraktifitas di luar? Berbeda dengan sektor formal dan para pelaku ekonomi makro dengan sistem bisnis ‘mewah’ dan formal yang bisa bekerja di rumah dengan mengandalkan teknologi dan tetap mendapatkan income besar tanpa interaksi face to face.
Tak hanya itu, Kabar terakhir dollar pun ikut memperkeruh kondisi ekonomi nasional. Tak tanggung-tanggung, Rupiah kian melemah menyentuh angka 16.500/dollar. Jika sudah begini, maka bukan tak mungkin efek domino kenaikan tersebut justru akan menjadi boomerang bagi rakyat jika sejumlah kebutuhan pokok dan persediaan bahan bakar minyak akan naik sementara pada sisi lain, daya beli rakyat kini melemah akibat pembatasan aktifitas dan ancaman wabah.
Memberikan atensi terhadap resiko ini merupakan kewajiban bagi seluruh pihak, utamanya pemerintah baik pusat maupun daerah, para ahli sosial ekonomi dan pelaku kesehatan serta tentunya masyarakat pada umumnya. Sebab tak perlu menjadi ahli dan pemangku kekuasaan untuk turut memikirkan nasib bangsa kita. Ini adalah tanggung jawab moral yang sudah selayaknya diemban secara bersama.
Virus pandemi corona harus diperangi dengan berbagai strategi, kebersamaan dan kebersatuan untuk berbuat membantu yang lain adalah kunci utama demi memulihkan kondisi indonesia dan salah satu tujuannya adalah agar tak berimbas pada lemahnya perekonomian rakyat. Apresiasi setinggi-tingginya kepada Pemerintah pusat dan daerah beserta seluruh jajarannya, Instansi Rumah Sakit dan seluruh perawat di indonesia, para elit politik yang turut perduli dan membantu pengadaan alat proteksi kesehatan dan seluruh masyarakat indonesia tanpa terkecuali. Semoga badai ini sesegera mungkin berlalu dan kita semua dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.








