ARLISAKADEPOLICNEWSCOM. Dampak virus corona tak pelak lagi berhasil meresahkan seluruh warga dunia. Bagaimana tidak, hampir semua sektor seakan nyaris dibuat “lumpuh” akibat tekanan psikologis karena bahaya virus yang dikabarkan amat berbahaya. Demikian halnya berdampak pada proses penyelenggaraan pendidikan di indonesia yang terpaksa diliburkan selama 14 hari dengan catatan, metode belajar dialihkan menjadi sistem daring.
Namun rupanya banyak pihak penyelenggara pendidikan di indonesia yang salah kaprah menerjemahkan sistem belajar online tersebut dan malah berubah menjadi pemberian tugas yang setiap hari jumlahnya berlembar-lembar dan keseluruhannya hanya diselesaikan dengan cara menulis jawaban soal saja tanpa adanya jaminan siswa akan memahami pembelajaran tersebut, lengkap dengan deadline waktu mepet dan disertai dokumentasi foto.
Melansir dari Tagar.Id pada Minggu, 22 Maret 2020. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan tugas yang berat selama masa antisipasi covid-19 justru akan membuat para siswa stres. Dengan begitu, proses belajar menjadi tidak efektif. “Murid-murid jangan dibebani dengan tugas-tugas berat. Mereka yang komplain ke saya, bukan justru belajar metode daring tapi guru memberi tugas-tugas yang banyak dengan deadline yang mepet,” katanya.
Hal ini lalu mendapat sorotan tajam dari Ketum Nasional Perkumpulan Intelektual Madani Indnesia, Renny Puteri Harapan Rani M.AP, menurutnya paparan Gubernur Jawa Tengah adalah benar. “Saya sepakat dengan Pak Ganjar Pranowo, hal ini memang sepertinya luput dari kesadaran kita semua bahwa penyelenggaraan pendidikan sistem daring sebagai pengganti jadwal sekolah siswa yang secara konvensional selama ini justru menjadi beban baru,” ungkapnya.
Perempuan lulusan Pascasarjana STIA-LAN Makassar ini lantas menyebut bahwa rujukan dan penjelasan dari Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim yang mengatakan, kebijakan belajar dari rumah terjadi karena ada keadaan khusus, yakni pandemi virus corona sehingga sistem pembelajaran yang diberlakukan ke anak seharusnya juga khusus. Pembelajaran yang diterapkan haruslah menyenangkan dan bukan dengan memberikan tugas-tugas yang justru membebani anak.
Renny kembali mengutip pernyataan Satriawan Salim bahwa “Pembelajaran daring bukan berarti guru memberi tugas kepada siswa di setiap mata pelajaran melalui jalur daring juga. Esensi pembelajaran daring yang benar adalah adanya interaksi siswa dan guru secara virtual. Interaksi ini bisa dilakukan guru dengan tetap berdiskusi dengan anak, misalnya dengan chatting melalui grup WhatsApp atau mengajar secara live daring di Instagram, Facebook, aplikasi Zoom ataupun Google Meet. Jadi guru tak selalu memberikan tugas tiap hari begitu banyak tetapi bisa dengan metode berdiskusi. Bisa juga mengajar secara daring melalui aplikasi. Misal guru Geografi menerangkan, bukan tanya jawab, lalu selesai. Kuncinya kepemimpinan kepala sekolah. Termasuk kunci juga adalah kreativitas guru,” jelas Renny dengan mengutip kembali pernyataan Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia yang dilansir dari SINDONEWS.com Senin, 23 Maret 2020.
Kondisi ini memang mesti dipahami dengan baik, mengedepankan azas kondisi luar biasa (extra ordinary) dimana seluruh dunia sedang kalut dilanda ancaman virus sehingga penanganan luar biasa dalam arti menetapkan sebuah kebijaksanaan dalam bertindak dan mengambil solusi pun harus efektif.
Metode pengalihan sekedar “memindahkan” ruang belajar siswa ke rumah namun dibebani begitu banyak tugas dan prosedur tidak akan sejalan dengan semangat mengistirahatkan anak di rumah karena persebaran virus corona. Di sisi lain, masyarakat juga harus berupaya melindungi diri dan keluarganya dan tetap menjalankan kewajiban memenuhi kebutuhan pangan dan obat-obatan bilamana ada yang sakit.
Metode Belajar di rumah seharusnya justru jadi ajang bagi anak untuk mengekspresikan minat, mengeksplorasi hobi, bakat, dan menggali daya analisa serta keingintahuan siswa. Daya tahan tubuh anak berbeda-beda dan kondisi masyarakat relatif tidak sama sehingga siswa dapat tetap melanjutkan pelajaran sekolah dengan metode yang lebih fleksible namun stimulasinya lebih efektif sambil berfokus meningkatkan daya tahan tubuh dengan menghindari kelelahan. (***)








