0pini: Degradasi Minat Siswa Terhadap Bahasa Inggris

  • Whatsapp

Penulis : Gregorius Ganggur (Guru SMAN 1 Satarmese).

Tak dapat dipungkiri bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di dunia. Penutur bahasa tersebut bukan saja berasal dari negara penutur asli (mother tongue) bahasa Inggris akan tetapi hampir seluruh negara di belahan bumi mempelajari bahasa Inggris. Ketertarikan penutur bukan asli penutur bahasa Inggris bisa disebabkan berbagai faktor. Ketertarikan itu seperti tuntutan sebuah profesi atau pekerjaan, ingin bepergian ke luar negeri, mendapatkan status sosial dan lain sebagainya. Peningkatan jumlah penutur dari tahun ke tahun dapat pula dipengaruhi oleh adanya penetapan bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan suatu negara.

Hal tersebut juga terjadi di Indonesia. Kurikulum pendidikan Indonesia menetapkan bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran wajib (compulsory subject) bagi peserta didik pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Menengah Atas (SMA/SMK). Bahkan pada sebagian SD dan TK pelajaran bahasa Inggris diajarkan pada peserta didik. Tujuan peserta didik mempelajarinya agar mampu berkomunikasi dalam bahasa yang dipelajari baik lisan maupun tulisan. Selain itu lembaga pendidikan tinggi telah menetapkan penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu persyaratan bagi calon mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan berupa nilai TOEFL (Test of English as a Foreign Language) atau IELTS (International English Language Testing System). Bahasa Inggris tidak sekadar alat komunikasi. Ia telah menjadi katalisator bagi semua disiplin ilmu dan teknologi masa kini.

Menyadari begitu pentingnya peran bahasa Inggris di abad ini, pemerintah merumuskan kurikulum sebaik mungkin. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjawab tantangan zaman. Tujuan mulia pemerintah merumuskannya tidak serta merta terejawantah oleh para eksekutor kurikulum. Hasil survei Lembaga EF English Proficiency Index (EF EPI) edisi ke-9 tahun 2019 yang mengukur tingkat kemahiran Bahasa Inggris orang dewasa pada 100 negara di dunia, Indonesia menduduki urutan 61. Menurut hasil survei tersebut, kemampuan Bahasa Inggris Indonesia mengalami penurunan 1,52 poin dimana pada tahun 2018 Indonesia memperoleh skor 51,58. EF EPI menjelaskan bahwa Indonesia adalah satu dari empat negara yang mengalami penurunan kemampuan Bahasa Inggris (TRIBUNnews.com).

Apa yang dicita-citakan justru terasa makin jauh dari harapan yang hendak dicapai. Gap antara asa dan realita kian melebar. Gap tersebut salah satunya kemerosotan minat belajar pada peserta didik dalam mempelajari bahasa Inggris. Berbagai faktor telah menjadi penyebab terjadinya kemerosotan minat belajar peserta didik. Pertama, kurangnya motivasi dalam pembelajaran bahasa Inggris. Membangkitkan semangat melalui motivasi merupakan salah satu faktor penting kesuksesan belajar peserta didik. Motivasi intrisik dalam diri peserta didik menjadi kunci utama meraih kesuksesan belajar. Motivasi ekstrinsik hanya akan menjadi suplemen tambahan untuk mencapai sebuah goal.

Kedua, peserta didik mengalami keterbatasan sumber belajar dan literasi. Keterbatasan sumber belajar menjadikan peserta didik menempatkan pendidik menjadi sumber ilmu. Hal ini cukup berbahaya bagi perkembangan peserta didik manakala pendidik tidak cukup mengikuti perkembangan zaman alias melek teknologi. Keterbatasan sumber belajar diperparah oleh keterbatasan ruang baca atau pengetahuan umum. Keterbatasan literasi digital akan memperburuk perkembangan peserta didik dalam belajar bahasa Inggris. Hal ini bisa menjadi satu atau bahkan lebih langkah mundur dalam mencapai tujuan belajar bahasa Inggris.

Ketiga, memilih zona nyaman. Ketiadaan motivasi dan sumber belajar serta literasi yang cukup akan membuat peserta didik lebih memilih pada posisi nyaman. Kenyamanan pada zona ketidakpedulian akan semakin buruk ketika guru juga memilih pada zona yang sama. Peserta didik enggan menyampaikan masalah belajar dengan guru dan guru terkadang tanpa memberikan umpan balik. Peserta didik lebih memilih diam daripada salah mengucapkan sebuah kata atau kalimat. Guru kadang asal masuk kelas tanpa harus mengenal peserta didik siapa yang hadir pun absen. Hal ini tentu berakibat pada sikap apatis atau masa bodoh dalam diri peserta didik.

Selain itu, faktor lain penyebab menurunnya minat belajar bahasa Inggris peserta didik yakni metode penyampaian materi yang kurang kreatif dan masih menggunakan pola lama. Sebagai guru bahasa Inggris penulis seringkali menggunakan pola tersebut dalam penyampaian materi. Hal ini dilakukan sebagai akumulasi faktor sebelumnya dimana ketiadaan motivasi, sikap apatis dan minimnya sumber belajar serta kekurangan literasi peserta didik menjadi deretan alasan klasik. Sebagai guru bahasa Inggris di pelosok, penulis lebih banyak berkutat untuk memberikan pemahaman dan penguasaan bahasa Indonesia. Mengapa demikian? Peserta didik masih dominan menggunakan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, menjadi tugas bersama unsur pendidikan untuk bergandengan tangan mengatasi kemerosotan minat belajar peserta didik terhadap bahasa Inggris di tengah gempuran ilmu pengetahuan dan teknologi. Memberikan motivasi secara continue akan cukup membantu menyadarkan peserta didik dari tidur panjang. Mengingatkan peserta didik akan kemudahan era digital akan membantu mereka tidak bergantung pada guru dan memiliki ruang baca yang mumpuni lewat akses internet.

Pos terkait