Oleh: Syamsudin Kadir
(Penulis Essay-Artikel di berbagai Surat Kabar dan Media Online)
ARLISAKADEPOLICNEWS.COM. Jadi warga negara itu mesti naik jenjang. Jangan begitu-begitu saja. Jangan biasa-biasa saja. Mesti semakin tahu hak dan paham kewajiban. Jangan mudah dibohongi dan dihina secara terus menerus oleh para politisi. Jadi warga negara mesti menjaga harga diri juga wibawa. Jangan mudah terbeli oleh isu dan agenda para politisi.
Jangan sampai saban tahun hanya jadi korban permainan para politisi. Setiap momentum politik hanya bangga dan berhenti pada barisan suruhan para drakula politik. Pokoknya setiap pesta politik dibikin kubu-kubuan. Lalu kalian bertengkar atas nama mereka. Berbusa-busa bicara ini itu hanya demi para politisi itu.
Naifnya, para politisi itu berkelahi dan rebutan jabatan sampai bikin heboh kehidupan berbangsa dan bernegara, kalian lalu ikut-ikutan. Para politisi ke kanan, kalian ke kanan. Para politisi ke kiri, kalian ke kiri. Bila para politisi itu berpidato atas nama dan untuk negara bahkan untuk kalian, itu cuma di pidato. Nyatanya jauh dari itu semua. Percayalah, kalian tak ada pada hati dan pikiran mereka.
Makanya jangan kalian bela para politisi itu sampai berdarah-darah dan mati-matian. Apalagi pakai sumpah serapah dan mengancam sesama kalian, itu tak perlu. Karena pada dasarnya mereka para politisi punya tabiat yang sama. Yaitu bila terpilih bakal ingkar janji alias lupa pada kalian. Bila ingat kalian pasti cuma dikasih receh, supaya kalian senang sesaat.
Kalian sampai panas-panasan, keringat bercucur, bahkan ada yang saling mencaci maki juga ancam mengancam, hingga putus silaturahim sama keluarga dan tetangga sendiri, lalu para politisi itu bersepakat dan duduk bareng di hotel mewah sambil minum kopi kemudian berbagi kekayaan alam. Kalian cuma disuruh bertengkar, atau dikasih kentut dan tahi gigi.
Lalu dengan begitu kalian marah-marah dan stres gegara itu. Tak itu saja, bahkan kalian diadu domba dengan berbagai isu ini itu. Kalian perang dengan dan karena selera mereka. Padahal itu cuma dagelan. Ya sementara para politisi itu bernyanyi riang, tertawa berbahak-bahak dan berpesta pora.
Jangan mau diadu domba dan dibohongi lagi. Jangan mau jatuh pada lobang yang sama untuk kedua kalinya. Keledai saja enggan jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Jangan kalah cerdas sama keledai. Singkatnya jangan sampai jadi dubuk alias seperti binatang mainan para politisi!
Kalau kalian masih ikut-ikutan bertengkar dan berkubu-kubu karena untuk memuaskan dan mengikuti selera para politisi itu, itu pertanda kalian memang pantas diperlakukan demikian. Sebab kalian enggan berbenah dan menyadarkan diri. Dibenturkan berkali-kali, lalu waktu dan tenaga kalian habis untuk itu. Sia-sia alias mubazir.
Waktu kalian untuk bekerja dan menuntaskan berbagai hal penting bagi kemajuan juga kesuksesan rumah tangga atau keluarga kalian kerap dihabiskan untuk memikirkan para politisi itu. Bahkan untuk turut terlibat pada urusan para politisi itu. Padahal mereka tak pernah memikirkan nasib kalian. Dan mau tahu urusan kalian.
Kebutuhan hidup sehari-hari, modal usaha, biaya sekolah anak, biaya penyembuhan di saat sakit, dan berbagai kebutuhan kalian tetap menjadi urusan kalian. Para politisi itu tak pernah memikirkan urusan kalian. Percayalah, mereka hanya mempermainkan kalian demi syahwat politiknya.
Mereka atau para politisi itu mengingat kalian hanya pada momentum kampanye dan pesta politik. Ada pilpres dan pileg, dan ada pilkada. Itu pun hanya pas menjelang pencoblosan saja. Setelah itu, mereka sudah tak ingat kalian lagi. Sekali lagi, jadilah warga negara yang cerdas dan jangan jadi binatang mainan para politisi!
Para politisi yang ingkar janji dan pendukung mereka pasti tidak suka dengan tulisan semacam ini. Telinga mereka bakal panas. Hati mereka juga bakal panas juga. Pokoknya kalau mereka tersinggung dengan tulisan ini, itu pertanda mereka memang begitu.
Saya sangat percaya bahwa kalau politisi yang lurus-lurus dan penuhi janji pasti biasa-biasa saja membaca tulisan semacam ini. Mereka malah senang membaca tulisan ini. Karena itu berarti mereka diingatkan agar tak ingkar janji dan tidak mempermainkan warga biasa demi selera politik.
Di atas segalanya, tulisan ini hanya sebagian hiburan biasa bagi warga kampung yang hingga kini masih belum tersentuh listrik PLN, air PDAM dan jalan raya beraspal pada saat para politisi pamer angka statistik dan narasi basa-basi. Daripada terus menerus dianggap sabar padahal kesal, lebih baik melawan secara terbuka, minimal dalam bentuk tulisan semacam ini. Sesederhana itu. (***)
Semua isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis.