Penulis : Alfonsius Abun (Pecinta Pariwisata)
Puji Syukur yang tak terhingga kepada sang pemilik kehidupan Tuhan Yang Maha Kuasa atas Berkat dan RahmatNya sehingga saya bisa menulis sedikit tentang keindahan alam yang telah Engkau Ciptakan.
Ditengah serunya politik Manggarai saat ini, saya mengajak teman-teman untuk rehat sejenak tarik napas dalam-dalam kemudian buatkan secangkir kopi, bagi yang suka merokok ambilah dulu sebelum kopinya dingin.
Menulis ini saya tak punya data yang akurat mengenai pariwisata. Karena saya, (bukan) pengamat pariwisata, hanya jomblo yang senang berwisata. Namun saya yakin bagi pembaca yang bijak mengetahui akan kekurangan setiap insan.
Baik kita langsung masuk saja pada poin penting dalam tulisan ini yaitu mengenai “Pangka dari di Cibal Barat” tepatnya dikampung Copu Desa Wae Codi. Meski beberapa waktu yang lalu saya telusuri mengenai sejarah tempat ini, alhasil sedikit gambaran buat saya bahwa Pangka dari ini masih menyimpan cerita yang amat mendalam sehingga dinamakan “Pangka dari” menurut tokoh adat Kampung Copu.
Pada kesempatan ini saya belum bisa membahas tentang asal usulnya namun yang saya maksud ditulisan ini adalah SDM yang perlu disiapkan agar Pangka dari ini bertahan di mata para wisatawan.
Namun, pariwisata ternyata tak hanya sekedar keindahan dan keunikan sebuah destinasi. Lebih dari itu, pariwisata juga sangat ditentukan oleh bagaimana suatu destinasi tersebut dikemas dan dikelola.
Potensi pariwisata Cibal Barat saya rasa sudah terang benderang. Pangka dari ini menyimpan keindahan yang istimewa, baik yang disediakan alam maupun keunikan seni budaya “Orang Cibal Barat”. Soal keindahan alam, bolehlah kita kutip ucapan teman saya, katanya “Tuhan sedang tersenyum ketika menciptakan Manggarai”.
Mengemas dan mengelola destinasi pariwisata yang saya maksud, dua kata kunci inilah yang saya kira perlu kita bahas lebih mendetail untuk mengoptimalkan potensi pariwisata di Cibal Barat ini.
Mengemas dan mengelola pariwisata membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional. Atau setidak-tidaknya paham konsep dan mekanisme pariwisata. Pun, tidak hanya SDM pengemas dan pengelola, pariwisata juga ditentukan oleh SDM lingkungan sekitar destinasi tersebut. Singkatnya, soal pariwisata ini cukup kompleks, tak cukup hanya dengan mengandalkan destinasi semata.
Sementara itu menurut Kim & Brown (2012) produk pariwisata sendiri terdiri dari sekelompok atraksi, fasilitas dan layanan kepada wisatawan.
Kesimpulan penulis dari penjelasan peneliti diatasi bahwasanya positioning kita untuk memberikan yang terbaik bagi Pangkadari kedepannya terlebih Khusus respon Pemerintah setempat terhadap pariwisata yang ada.
Pertanyaannya, apakah Cibal Barat SDM pariwisatanya sudah oke? Saya rasa jawabannya sudah, kita masing-masing ketahui. Tentu saja kita punya SDM yang kompeten dan profesional untuk mengelola pariwisata. Namun masalahnya kita belum tau siapa-siapa yang mampu dalam hal ini, dan mungkin karena masih sedikit, itu gerakannya pun terbatas.
Sebelum melanjutkan pembahasan ini, saya akan mencoba sedikit memaparkan mengapa SDM untuk pariwisata ini begitu penting untuk kita bahas?.
Sederhananya, SDM sangat berperan strategis menentukan sukses tidaknya suatu destinasi wisata. Sebuah destinasi boleh saja menarik dan keren, tapi kalau tidak dikelola dengan baik dan masyarakat di lingkungannya juga tidak mendukung, maka destinasi tersebut tidak lagi akan menarik pengunjung.
Contohnya saja dulu begitu ramai di media sosial postingan anak muda dengan latar air terjun Pangka dari ini, lalu kenapa sekarang sudah sepi? sebenarnya ini bahan evaluasi untuk pemerintah setempat.
Yang menjadi pertanyannya juga apakah sebatas postingan anak-anak muda di media sosial tanpa ada nilai positifnya bagi warga setempat?
Atau lebih konkretnya, di Cibal Barat kita punya sekian destinasi wisata menarik. Tapi karena destinasi wisata tersebut kotor, yang datang berkunjung membuang sampah sembarangan, anda pasti tidak akan nyaman lagi berwisata kan? Setidaknya demikianlah kenapa SDM sangat perlu kita perhatikan dalam pariwisata.
Nah, salah satu ikhtiar untuk menemukan jalan membantu Pemerintah dalam menyiapkan SDM untuk mendukung dan mengelola pariwisata ini adalah mencoba menyampaikan hal ini di waktu saya berdiskusi dengan beberapa orang tua dan sekelompok pemuda di Kampung Copu tepatnya di rumah saya bulan Juli lalu. Syukurlah, dari hasil diskusi tersebut tanggapannya sangat positif dan mereka pun menyadari bahwa kunci pariwisata memanglah dari SDM-nya.
Dari diskusi tersebut, kami mendapat tambahan semangat karena melihat banyak anak-anak muda lainnya Khususnya di Desa Wae Codi mulai paham dan mendukung pengelolaan pariwisata secara baik dan cerdas. Salah satunya adalah mengunjungi dan membagikan hasil potretnya di media sosial. Namun yang menjadi pertanyaan apakah Pemerintah Desa mampu mendukung penuh akan hal ini?
Kemudian dari diskusi tersebut juga disebut-sebut soal akses masuknya. Memang bisa dilalui dari dua lokasi yaitu dari Kampung Copu dan Kampung Raci. Dilihat bahwa daerah-daerah di Cibal Barat banyak yang belum jelas branding-nya apa. Kalaupun ada, namun belum terkelola secara maksimal. Padahal brand ini sangat menentukan positioning.
Yang jelas, kelemahan-kelemahan tersebut terjadi karena masih lemahnya SDM kepariwisataan. Sampai ke soal infrastruktur wisata misalnya, kalau SDM-nya sudah oke maka infrastrukturnya pun akan menyusul. Sekali lagi ini soal sumber daya manusia (SDM).
Sebagian masyarakat masih memandang negatif pariwisata sebagai kegiatan huru hara dan membawa dampak negatif bagi generasi muda. Ini mungkin terkait juga dengan kedatangan wisatawan mancanegara dengan gaya dan budaya asing yang kadang sering ditiru pula oleh anak-anak muda kita. Nah ini yang perlu diluruskan, pariwisata kita akan semakin bernilai ketika kita memperkuat identitas asli (budaya) lokal kita. Adalah salah kalau dengan pariwisata membuat kita sebagai tuan rumah lantas meniru budaya si pengunjung.
Nah, lagi-lagi itu terkait dengan sumber daya manusianya?. Karena itu, menurut saya sudah saatnya Pemda menggencarkan sosialisasi dan edukasi pariwisata kepada masyarakat dan anak muda/pelajar.
Khusus anak muda/pelajar nampaknya perlu diberikan perhatian khusus. Karena banyak anak muda sekarang yang dalam pariwisata hanya menjadi konsumen. Dengan kata lain cuma datang jalan-jalan, kemudian foto-foto. Alangkah lebih bagusnya jika ada manfaat dan esensi, baik itu secara ekonomi maupun keilmuan yang mereka dapat dari wisata.
Saya menulis ini karena kecintaan saya terhadap apa yang saya lihat di Cibal barat terkhusus di Kampung Copu Desa Wae Codi Kec. Cibal Barat, Kab. Manggarai.
Diakhir tulisan ini saya tetap kembali menyampaikan bahwa saya, (bukan) pengamat pariwisata, hanya Jomblo yang senang berwisata(***)