Oleh: Gregorius Ganggur (Guru Sman 1 Satarmese, Manggarai)
Pandemi Covid-19 terus memakan korban termasuk di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga saat ini jumlah yang terpapar atau positif Covid-19 terus meningkat. Kabupaten Manggarai, salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak luput dari penyebaran virus yang awalnya ditemukan di Wuhan-China pada akhir tahun 2019. Data yang dirilis oleh Satuan tugas Kabupaten Manggarai, Sabtu, (13/02/2021, pukul 20.00 Wita) sudah mencapai angka 1361 kasus dengan rincian Rapid Diagnostic Test Antigen (RDT-Ag) sebanyak 1232 terkonfirmasi Positif, Rapid Test-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan Test Cepat Molekuler (TCM) sebanyak 129 kasus.
Pemberlakuan social distancing dan standar protokol kesehatan yang ketat terus diterapkan demi menekan dan mengurangi penyebaran covid-19. Lembaga pendidikan, dari level paling bawah hingga perguruan tinggi, masih tidak diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka. Otoritas lembaga pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai daerah belum mencabut instruksi pemberhentian pembelajaran secara tatap muka hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Sebagai alternatif, pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran dari rumah tetap diterapkan. Semua sekolah mencoba melakukan berbagai cara agar pembelajaran tetap berjalan. Metode yang digunakan adalah pembelajaran Dalam jaringan (Daring) atau Online dan Luar jaringan (Luring) atau Offline.
Bagi daerah yang terjangkau oleh akses internet tentu memiliki dua opsi, yakni pembelajaran lewat online dengan menggunakan berbagai media pembelajaran atau memilih menggunakan pembelajaran luar jaringan atau offline. Sementara daerah yang belum atau bahkan tidak memiliki akses internet pembelajaran dengan metode offline adalah satu-satunya pilihan agar pendidik dan peserta didik tetap beraktivitas belajar. Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran selama covid-19 adalah ketersediaan fasilitas pembelajaran. Sekolah tentu tetap mempertimbangkan hal ini. Melakukan observasi terhadap ketersediaan fasilitas belajar seperti HP android tentu menjadi salah satu hal penting untuk dilakukan sebelum menentukan pembelajaran online. Peran serta dari orangtua peserta didik juga merupakan hal penting dalam menyukseskan proses pembelajaran baik dalam jaringan maupun luar jaringan.
Pendidikan pada level rendah (TK-SD) dukungan dan peran aktif orangtua tentu sangat besar. Orangtua adalah guru bagi anak mereka. Hal tersebut, terasa sedikit berbeda dengan peserta didik pada jenjang sekolah menengah. Mereka memiliki kemampuan lebih, untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang ditemukan selama pembelajaran di rumah. Berselencar atau mengakses internet adalah suatu hal yang sudah menjadi trend bagi peserta didik masa kini. Hal ini tentu merupakan sebuah kemajuan ke arah yang lebih baik bagi peserta didik.
Namun realita yang terjadi, selama pembelajaran online nampaknya sudah melenceng jauh dari apa yang diharapkan oleh para pendidik. Ketersediaan fasilitas seperti HP Android, Laptop, PC dan jaringan internet, berbanding terbalik dengan target pembelajaran yang diharapkan. Tidak sedikit peserta didik yang enggan mengumpulkan tugas ataupun quiz yang diberikan para guru. Sebagian besar peserta didik berdalih ketika diminta untuk segera mengirimkan tugas. Berbagai alasan muncul walau terkesan untuk menutupi kemalasan semata. Hal ini diperparah dengan adanya sikap masa bodoh dan berujung pada kemalasan berjemaah alias masal. Dari 30 peserta didik dalam satu kelas, seperempat aktif menyelesaikan materi dan tugas serta evaluasi pembelajaran, sedangkan tiga per empat enggan membangun komunikasi dengan guru, terkait tugas yang diberikan. Mereka memilih menjadi silent member dalam group. Sehingga, evaluasi terhadap pembelajaran secara sistematis, terstruktur dan terukur belum berjalan secara mangkus dan sangkil.
Dalam pengamatan penulis, peserta didik lebih banyak menggunakan fasilitas yang ada untuk kesenangan semata. Peserta didik lebih aktif di media sosial seperti Facebook, IG dan Story Whatsapp daripada menyelesaikan quiz yang diberikan oleh para guru. Dalam group kelas online, peserta didik cendrung menghabiskan waktu untuk chatting ngalor ngidul daripada berdiskusi tentang materi pembelajaran. Menuliskan status, story, upload foto di media sosial jauh lebih intens daripada menanyakan materi di group kelas pun mengumpulkan tugas. Keaktifan ini tentu adalah sesuatu yang absurd, dan butuh dorongan dan motivasi dari orang terdekat yakni orangtua. Peran orangtua menjadi sentral dalam kesuksesan pembelajaran dari rumah. Orangtua tidak sekadar memenuhi kebutuhan berupa fasilitas belajar, akan tetapi memantau dan membimbing anak saat mengerjakan tugas jauh lebih baik dalam proses pembelajaran dari rumah.
Namun di sisi lain, sebuah apresiasi terhadap peserta didik yang tidak memiliki fasilitas adalah penting dilakukan oleh pendidik di masa covid ini. Berjuang dan berikhtiar untuk belajar dan bisa menyelesaikan quiz dan evaluasi pembelajaran adalah sebuah perjuangan yang luar biasa dari mereka yang menyadari kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang.