ARLISAKADEPOLICNEWS.COM-MANGGARAI BARAT. Tidak ada sumber air minum bersih warga Kampung Lobohusu, Desa Golo Bilas, Kabupaten Manggarai Barat mengonsumsi air kali Wae Mese.
Ketua RT Lobohusu Aco Jafar menceritakan bahwa dengan tidak adanya ketersediaan sumber air minum bersih warga terpaksa mengonsumsi air kali Wae Mese. Kelangkaan air minum bersih yang dialami oleh warga Kampung Lobohusu sudah bertahun-tahun.
“Kami mengonsumsi air kali ini sudah bertahun-tahun dan sampai sekarang”, ungkap Aco Jafar dikediamannya di Lobohusu, Sabtu (15/05/2021).
Akibat dari konsumsi air kali ini lanjut Aco Jafar, warga masyarakat kampung Lobohusu kebanyakan sakit batu ginjal dan mengalami diare.
“Kalau keluhan masyarakat disini itu kebanyakan menderita batu ginjal dan saya termasuk mengalami sakit batu ginjal itu dan menurut dokter yang pernah periksa saya itu katanya air ini mengandung zat kapur dan ia sarankan saya untuk tidak mengonsumsi air ini lagi”, katanya.
Menurut Aco Jafar air kali Wae Mese mengandung banyak limbah racun, apalagi pada saat musim sawah karena kali Wae Mese sebagai sumber air untuk persawahan disekitar kampung Lobohusu.
“Air inikan jelas banyak mengandung limbah racun, apalagi pada musim sawah itu limbah petsidahnya mengalir kesini”, pungkasnya.
Aco Jafar mengisahkan kadang warga masyarakat Lobohusu membeli air galon yang dijual oleh pengusaha, harga satu galon lanjut Aco Jafar senilai Rp. 7000,-
“Kadang kami disini pak membeli air galon, itu pun tidak setiap hari, kadang dalam sebulan itu hanya satu kali saja masuk ke kampung ini”, kisahnya.
Ketua RT 08 itu juga menceritakan bahwa memang di Kampung Lobohusu pernah ada proyek bor air minum bersih yang bersumber dari dinas PUPR Provinsi namun air tersebut tidak bisa dikonsumsi hanya bisa digunakan untuk keperluan mencuci dan mandi.
“Memang disini dulu pernah ada proyek sumur bor dan kedalamannya itu 34 meter dari permukaan laut, namun air sumur itu tidak bisa dikonsumsi karena zat kapur sangat tinggi, sehingga air itu hanya digunakan untuk mencuci dan mandi”, ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Nurijah (40) warga Kampung Lobohusu mengisahkan dirinya sudah lama mengonsumsi air kali tersebut dan sedikit terbantu dengan penjualan air galon itupun khusus untuk minum, kalau untuk memasak lanjut Nurijah tentunya menggunakan air galon.
“Untuk sekarang memang sedikit terbantu dengan adanya air galon tetapi itu hanya khusus buat minum, kalau untuk memasak dan keperluan lain ya, terpaksa kita gunakan air kali ini”, ungkapnya.
Nurijah menambahkan Apalagi pada musim hujan kondisi air kali Wae Mese sangat keruh karena banjir dan terpaksa mereka tetap menimbah air kali tesebut.
” Kalau musim hujan itu kami tetap menimbah air ini, mau diapalagi karena cuman ini sumber air kami disini, tetapi air ini harus dimasak dulu baru dikonsumsi”, lanjutnya.
Warga lain Hamida (40) hanya bisa pasrah dengan kondisi yang dialaminya, ia pun berharap bantuan dari pemerintah untuk menyediakan air bersih.
“Kami hanya berharap kepada pemerintah untuk memerhatikan kodisi yang kami alami”, harapnya.
Menanggapi keluhan dari warga Kampung Lobohusu, Kepala Desa Golo Bilas Paulus Nurung mengungkapkan sangat prihatin dengan kodisi yang dialami oleh warganya.
“Memang kondisi yang dialami oleh masyarakat disana (Lobohusu, red) sangat memprihatinkan dan saya sudah sampaikan itu kepada pemerintah dearah melalui Musrembang dan memang ada tanggapan bagus dari ke direktur PDAM Untu diprioritaskan di tahun 2022”, tanggap Kades Paulus.
Dirinya juga membenarkan terkait kondisi yang dialami oleh warga kampung Lobohusu, apalagi lanjut Kades Paulus Warga RT 08 Lobohusu selalu mengonsumsi air kali yang nota bene air sungai itu mengalir dari sawa-sawa sekitar yang sudah tercemar petsida sehingga tidak heran kalau masyarakat disana ada yang mengalami sakit ginjal, diare dan kanker.
Ia pun berharap kepada pemerintah daerah agar secepatnya membantu ketersedian air minum bersih di kampung Lobohusu.
“Harapan dari Desa khususnya pemerinta paling tidak segeralah karena sudah berapa puluh tahun warga kampung Lobohusu tidak pernah merasakan ketersediaan air minum bersih”, harapnya. (***)