Oleh: Gregorius Ganggur ( CGP Angkatan 3, Kab. Manggarai)
Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) merupakan sebuah kebijakan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) dalam upaya perbaikan mutu Pendidikan Indonesia. Program ini merupakan salah salah satu kebijakan untuk menciptakan merdeka belajar yang dicanangkan oleh Kemdikbudristek pada tahun 2019 silam. Tujuan dari program ini tentunya sangat mulia yakni kegiatan pengembangan profesi melalui pelatihan dan pendampingan yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Menilik fokus program ini yaitu kepemimpinan pembelajaran, dapat diasumsikan bahwa salah satu unsur yang menjadi degradasi mutu Pendidikan Indonesia adalah pendidik sebagai pemimpin pembelajaran. Masih belum usang dalam ingatan pelaku Pendidikan Indonesia, bagaimana rendahnya mutu Pendidikan berdasarkan survey Programme for International Students Assessment (PISA) yang dilakukan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development. Tidak sedikit pengamat Pendidikan melontarkan komentar musabab rendahnya mutu Pendidikan Indonesia. Sorotan penyebab degradasi mutu terarah kepada pendidik. Menurut para pengamat mutu guru Indonesia menjadi penyebab kualitas Pendidikan. Sebagian besar guru Indonesia, seolah kebakaran jenggot dan mulai menyerang balik para pengamat. Banyak guru merasa profesinya direndahkan oleh para pengamat. Apakah pengamat Pendidikan berbicara tanpa berbasis data?
Dalam draft Peta Jalan Sistem Pendidikan Indonesia 2020-2035 yang dirilis pada bulan Mei 2020, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memaparkan hasil survey PISA 2018-2020. Tiga aspek yang disurvey yakni membaca, numerasi dan sains, secara berurutan pelajar Indonesia 73% siswa berada di bawah kompetensi minimum, 71% siswa berada di bawah kompetensi minimum, dan 60% siswa berada di bawah kompetensi minimum. Hasil ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang konsisten sebagai negara peringkat hasil PISA terendah dan skor PISA yang stagnan dalam 10 sampai 15 tahun terakhir.
Permasalahan utama kualitas Pendidikan terutama pada jenjang Pendidikan dasar dan menengah menurut Peta Jalan Sistem Pendidikan Indonesia 2020-2035 adalah (1) Kesenjangan dalam keefektifan mengajar dan cara mengajar, (2) Infrastruktur sekolah yang tidak memadai, (3) Kurikulum yang kaku dan berbasis materi, dan (4) Kesenjangan pemerintahan.
Kesenjangan dalam keefektifan mengajar dan cara mengajar ditemukan bahwa guru bertindak sebagai pemberi ilmu, bukan fasilitator, dan kurang atau tidak fokus pada pengembangan karakter dan penanaman rasa senang belajar. Selain itu, Pertanyaan guru cenderung dangkal karena 90% jawaban siswa hanya satu kata dan jarang melibatkan berpikir aras tinggi (Higher Order Thinking) dan kurang penjelasan atau alasan dalam memberikan jawaban. Fakta lain juga menunjukan bahwa dari Ujian kompetensi Guru (UKG) yang dilaksanakan serempak di seluruh Indonesia, skor rata-rata kompetensi guru adalah 57 dari angka 100.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran mesti dibenahi. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) merupakan satu terobosan besar kementrian Pendidikan dalam memperbaiki kualitas Pendidikan Indonesia. Ajakan Mendikbudristek, Nadiem Makarim untuk bergerak serentak memajukan Pendidikan Indonesia bukan sekadar orasi belaka. Program PGP yang sudah sampai pada perekrutan Angkatan 4, melibatkan semua elemen atau stakeholder Pendidikan mulai dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK), Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi, dan satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat.
Dengan tugas dan peran masing-masing, semua bergerak serentak dalam meningkatkan komptetensi kepemimpinan dan pedagogik guru demi terwujudnya merdeka belajar. Melakukan refleksi, berbagi dan berkolaborasi dengan bimbingan instruktur, fasilitator, dan pendamping calon guru penggerak dilatih untuk bergerak dan menjadi penggerak dalam memajukan Pendidikan Indonesia. Dengan pendekatan andragogi dan blended learning, PPGP akan melaksanakan kegiatan pelatihan selama Sembilan (9) bulan dengan motede dalam jaringan (daring), lokakarya dan pendampingan individu.
Merancang, melaksanakan, merefleksikan, dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan melibatkan orang tua, melakukan kolaborasi dan menggerakkan komunitas lain penulis meyakini Program Pendidikan Guru Penggerak akan mampu menciptakan profil guru penggerak yang mampu membentuk pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.