HIPERMAWA Koperti PNUP menggelar seminar kebudayaan pada Jumat, 14 Februari 2020 lalu. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Kemah Budaya yang diselenggarakan sejak tanggal 13-15 Februari 2020.
Seminar ini menghadirkan tiga narasumber. Dr. H. Amran Mahmud, S. Sos, M. Si selaku Bupati Wajo mewakili birokrat. Dr. Muhlis Hadrawi, S.S, M. Hum selaku Ketua Departemen Sastra Daerah Universitas Hasanuddin/akademisi, dan Andi Rahmat Munawar, S. Sos, M. Si selaku Founder Sempugi dan mewakili praktisi budaya.
Bupati Wajo, Dr. H. Amran Mahmud, S. Sos, M. Si memaparkan pentingnya nilai kebudayaan lokal dalam membina karakter generasi muda. Kearifan lokal diharapkan dapat menjadi alat bagi generasi muda untuk memfilter informasi.
“Perkembangan teknologi memberikan kita kemudahan dalam mengakses informasi. Namun di sisi lain juga memberikan ruang bagi budaya asing untuk melakukan ekspansi. Oleh karena itu pengetahuan terkait kearifan lokal dibutuhkan untuk menjadi alat filter. Pendidikan yang berbasis pada kearifan lokal akan membantu kita dalam merealisasikan pendidikan yang berkarakter. Hal ini dapat menjadi pondasi untuk mewujudkan good governance”, ungkap Amran Mahmud.
Dr. Muhlis Hadrawi juga menjelaskan tentang urgensi bahasa sebagai kunci untuk menggali nilai kebudayaan lokal. Menurutnya, terkikisnya kebudayaan lokal di kalangan generasi muda tidak terlepas dari minimnya penggunaan dan pemahaman terhadap bahasa lokal.
“Penggunaan Bahasa Bugis di kalangan muda semakin bergeser. Tahun 2013, pergeseran bahasa Bugis sekitar 48,15%. Ini efek dari tidak diajarkannya bahasa Bugis di lingkungan pendidikan secara maksimal”, ungkap Muhlis akademisi unhas ini.
Kepala Departemen Sastra UNHAS ini juga memaparkan dengan mengajarkan bahasa maka sama halnya mengajarkan peserta didik untuk berpikir praktis dan sederhana. Karena bahasa adalah cerminan jiwa.
Sejalan dengan hal di atas, Andi Rahmat Munawar, S. Sos M. Si melihat bahwa penggalian terhadap kearifan lokal membutuhkan re-interpretasi. Agar nilai kebudayaan dapat diterapkan pada konteks hari ini.
“Generasi muda perlu kembali melihat nilai budaya. Nilai budaya dapat menjadi sarana penjagaan. Namun penggalian terhadap nilai budaya mesti membutuhkan re-interpretasi agar dapat menjadi modal sosial dalam menghadapi tantangan zaman, dan juga dapat diterapkan dalam konteks hari ini”, papar Munawar.
Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan siswa SMA-SMK/Sederajat se-Kabupaten Wajo dan para guru. (***)








