ARLISAKADEPOLICNEWS.COM—JAYAPURA. Tingginya hasil positive Rapid dan Swab PCR Covid-19 di Papua yang telah menembus angka 2.074, namun dengan angka kesakitan dan kematian yang sangat rendah, hal ini menunjukan kepada kita 2 hal mendasar.
Pertama, telah terjadi transmisi lokal sebagai akibat dari kegagalan kita mencegah, mendeteksi dan membatasi penularan pertama dari luar Papua, sedang yang kedua, dengan rendahnya angka kesakitan maupun kematian, itu mengindikasikan bahwa virulensi Covid-19 yg terjadi di Papua itu RENDAH, dan olehnya itu telah terjadi reaksi imunitas spontan secara alami. Hal ini sangat baik sebab masyarakat akan memiliki sistem kekebalan dari infeksi Covid-19 itu sendiri.
Dengan demikian, sesungguhnya masyarakat tidak perlu khawatir juga atas info terpaparnya 84 orang tenaga kesehatan RSUD Dok 2 Jayapura dalam rentang waktu Maret—Juli 2020. Hal ini disampaikan Dr. John Manangsang Wally kepada media ini di Jayapura, Kamis, (09/07/2020).
Menurutnya, transmisi lokal adalah proses terjadinya penularan di antara sesama masyarakat di Papua dari satu orang kepada orang lain yang dibuktikan oleh tingginya angka positif Covid-19 sebagaimana data yang dikeluarkan Tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Papua.
Transmisi lokal ini, menurutnya, bisa terjadi karena rendahnya sistem deteksi dini (EDS) dan terlambat turunnya kebijakan dari Pemerintah terutama kurang dan terlambatnya peralatan Rapid Tes maupun PCR di fasilitas kesehatan Papua. Kendati demikian, Manangsang mengajak semua pihak untuk berpikir secara positif dalam menghadapi situasi saat ini.
“…hal ini harus dilihat sebagai peringatan supaya kita dapat hidup lebih baik dan lebih siap jika suatu saat terjadi wabah penyakit yang mungkin lebih dasyarat lagi” , maka sejatinya kita, Pemerintah dan semua komponen masyarakat telah lebih siap” jelas dia.
Pada sisi yang lain, dokter yang pernah bertugas di wilayah terisolir di Papua ini mengingatkan bahwa Covid-19 ini dapat dipandang dari perspektif lain sebagai bagian dari peringatan Tuhan kepada kita bahwa virus yang asalnya dari Wuhan ini telah sampai ke Indonesia dan merambah Tanah Papua.
Virus ini kata dia, telah mengalami berkali-kali mutasi gen dari habitatnya pada suhu dingin dan subtropis ke daerah tropis di Indonesia dan sampai di Papua yg lebih panas di katulistiwa, maka virus ini mengalami mutasi gen ke arah yg virulensinya lebih lemah, tidak bergejala dan tidak fatal, tandasnya.
“Covid-19 yang masuk di Papua ini, seharusnya dipahami sebagai peringatan pertama dari Tuhan” paparnya.
Hal ini, menurutnya sebagai peringatan bagi semua pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, adat serta agama agar bisa menarik hikmah dari pandemi Covid-19 ini.
Atas kondisi ini, ia menyarankan agar Pemerintah Provinsi Papua dapat segera memberlakukan New Normal, dan tidak memperpanjang waktu tanggap darurat yg kerugiannya justru lebih besar dan mengena banyak sendi kehidupan, seperti aktivitas sosial, pekerjaan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik.
Secara khusus di bidang kesehatan, menurutnya justru pelayanan kesehatan di Papua turun drastis, sehingga ada banyak orang yang tidak mendapat pelayanan untuk penyakit lain selain Covid-19 dengan semestinya.
Pemberlakuan New Normal, tentu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan sebagai aspek yang tidak boleh disepelekan. (***)